RUU Santet Pasal 293 RUU KUHP

0

Semoga Bermanfaat

elanda harviyata

DewiKeadilan

Sumber Hukum

Sebelum membahas sumber-sumber hukum, ada baiknya memahami bahwa ada tiga dasar berlakunya hukum (peraturan perundang-undangan) yaitu : kekuatan berlaku yuridis, kekuatan berlaku sosiologis, kekuatan berlaku filosofis, ketiganya merupakan syarat kekuatan berlakunya suatu peraturan perundang-undangan yang diharapkan yang memberikan dampak positif terhadap pencapaian efektifitas hukum itu sendiri.

1. Dasar Kekuatan Berlaku Yuridis. Dasar kekuatan berlakunya Yuridis pada prinsipnya harus menunjukkan, keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan, dalam artian harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang, juga keharusan dengan bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan materi yang diatur, terutama kalau diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi. Landasan yuridis dibagi menjadi dua yaitu : (1) landasan yuridis formal, yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang memberi kewenangan kepada organ pembentuknya dan (2) landasan yuridis materil, yaitu ketentuan-ketentuan hukum tentang masalah atau materi-materi yang harus diatur dalam peraturan perundang-undangan.

2. Dasar Kekuatan Berlaku Sosiologis. Dasar kekuatan berlaku sosiologis harus mencerminkan…

View original post 1,391 more words

Aku, tanpamu

0

Sebait larik yang tak terusik menjelma menjadi bait tuk berkelit. Kiranya kata mampu ubah tuk ungkapkan sebuah cerita yang nyatanya tak seperti yang dirasa. Alasan pembenar diabaikan tuk sebuah jelmaan pemaaf. Tak berdasar! Hanya tangis yang di buat ego hingga sebuah ucap berucap tanpa sirat, tercucur keji dalam isapan buai belaka. Sengaja tertulis ungkap sayang, namun rindu tak beresudahan tak mampu hinggapi naluri yang akan di raihnya. Rupa-rupanya sayap itu telah hilang bersama tenggelamnya senja di ufuk barat. Namun sayap itu tetap saja sayapku. Namun rindu itu tetap saja rinduku. Namun angan itu, tetap saja menjadi anganku.
Aku merindumu MATAHARI….
Kau Permadi!
Kau Permadiku!
Adakah yang tau? Ketika Srikandi menyulut kobaran tungku rindu yang membuncah, siratkan sekam namun tak tau dimana kau rimbanya. Takkah kau terima pesan itu? Takkah kau rasa gundah itu? Malam pekat merindumu. Bulan, bintang kian ambigu tercekat kilau rasaku. Matahari, Permadiku…. Adakah disana kebohongan yang menutupi? Menyelimuti kabut tak terurus yang terbendung terbawa hujan. Badaimu! Pisahkan matahari dengan aku. Permadi, matahariku… Bawa serta hujan, angin, awan, mendung serta badaimu… Jangan halangi aku dengan matahariku. Jangan bawa pergi panasku. Jangan kau redupkan hariku.
Permadi, matahariku…
Akankah seorang sephia mampu menjadi jelmaan dirimu. Akankah dia mampu menjadi kamu? Matahari, permadiku… Sampai kapan rasa itu tetap kamu? Higga sephia dan pujangga tak mampu menggantimu, menutupi rasa yang selama ini tak terurus tentangmu? Matahari, permadiku… Akankah hujan selimuti kabut rinduku hingga rasa itu tak sampai padamu? Akankah kau meragu akan tulusku? Masihkah ada aku di harimu? Masihkah aku di pikirmu? Masihkah ada kita dalam kenangmu?
Ku harap Tuhan mampu memberitahumu tentang rasaku, tentang rinduku agar tak selamanya tersapu…
Dan sekali lagi, aku merindumu…
Dipelukmu, seperti ini… Saat itu, hanya kau – aku dan kenangan tentang kita

(Diiringi hujan gerimis di kotaku, menyulut amarah merindumu)
Menjemput awal Februari, kenangan tentangmu selalu terpatri

Kerling sesaatmu

0

Aku pernah memiliki mata itu. Aku pernah jatuh cinta pada binar tatap mata itu. Aku pernah ada dalam mata itu meski sejenak. Dalam bayang tiap angan. Mata itu kini tak lagi milikku. Mata itu tak lagi untukku. Mata itu bukan lagi milikku. Tatap itu tak lagi aku. Tapi, satu hal yang perlu di tau “aku bahagia pernah ada dalam mata itu.”
“kemana cinta ini akan ku persembahkan”
“Bila Kesetiaanku hanyalah bagimu kekasihku”
“Sampai kapan ku harus tangisi rindu yang tak terbalas”
Aku penah membacanya dan ku temukan kau dalam sakitku. Ku temukan kau sebagai pelipur laraku. Ku temukan kau dalam setiap doa dan pagiku. Kau yang pernah menjadi harap dalam purukku.

Dan ketika ditaui, tak lagi sama
Karena tak semua cerita selalu berakhir bahagia
Tak semua tawa, indah
Tak semua hati dapat memilih apa yang telah di kehendakinya
.
Alone_in_the_Dark_by_diogomoura

Dan hati itu, kini dipilih oleh siapa pasangan sejiwamya. Hingga tak lagi ada kerling sesaat yang mampu menyelusup larat dalam bentang angan sekarat. Kosong

Hard To Say i’m sory (Chicago)

0

who-cares-when-i-hurt-wallpaper

“Everybody needs a little time away,” I heard her say, “from each other.”
“Even lover’s need a holiday far away from each other.”
Hold me now.
It’s hard for me to say I’m sorry.
I just want you to stay.

After all that we’ve been through,
I will make it up to you. I promise to.
And after all that’s been said and done,
You’re just the part of me I can’t let go.

Couldn’t stand to be kept away just for the day from your body.
Wouldn’t wanna be swept away, far away from the one that I love.

Hold me now.
It’s hard for me to say I’m sorry.
I just want you to know.
Hold me now.
I really want to tell you I’m sorry.
I could never let you go.

After all that we’ve been through,
I will make it up to you. I promise to.
And after all that’s been said and done,
You’re just the part of me I can’t let go.

After all that we’ve been through,
I will make it up to you. I promise to.

You’re gonna be the lucky one.

Alat untuk Mengeluarkan Otak Tertinggal dalam Tengkorak Mumi

0

Oleh Owen Jarus, Kontributor LiveScience | LiveScience.com

Alat mengeluarkan otak yang digunakan oleh pembalsem mumi pada masa Mesir kuno telah ditemukan bersarang di tengkorak mumi perempuan yang diperkirakan dibuat sekitar 2.400 tahun yang lalu.

Mengeluarkan otak adalah prosedur mumifikasi Mesir yang menjadi populer sekitar 3.500 tahun yang lalu dan tetap digunakan pada masa berikutnya.

Mengidentifikasi alat kuno yang digunakan pembalsem untuk mengeluarkan otak sangatlah sulit, dan peneliti mencatat, ini adalah kedua kalinya alat tersebut dilaporkan ada di dalam tengkorak mumi.

Penemuan
Terletak di antara tulang parietal kiri dan bagian belakang tengkorak, yang telah diisi dengan resin, benda itu ditemukan pada 2008 melalui serangkaian CT scan. Peneliti kemudian memasukkan endoskop (tabung tipis sering digunakan untuk prosedur medis) ke mumi untuk melihat lebih dekat dan akhirnya melepaskan resin yang tersangkut.

“Kami memotongnya dengan penjepit melalui endoskopi dan kemudian membuangnya dari dalam tengkorak,” ujar pemimpin peneliti Dr. Mislav Cavka, dari University Hospital Dubrava di Zagreb, Kroasia, dalam sebuah wawancara dengan LiveScience.

Mereka menemukan sebuah obyek sepanjang lebih dari 8 cm yang mungkin digunakan untuk mencairkan dan mengeluarkan otak. “Alat ini hampir pasti telah digunakan dalam excerebration [pembuangan otak] dari mumi,” ujar Cavka.

Instrumen itu dimasukkan melalui lubang di tulang ethmoid dekat hidung. “Beberapa bagian [otak] akan terlilit di tongkat itu dan bisa ditarik keluar, dan bagian lain akan dicairkan,” kata Cavka.

Mumi Mesir kemudian ditengkurapkan dan cairannya dikeluarkan melalui lubang hidung. “Ini adalah kesalahan pembalsem yang meninggalkan tongkat itu dalam tengkorak,” ujar Cavka, seraya menambahkan alat itu mungkin telah rusak dan terpisah selama prosedur mumifikasi.

Kecelakaan pembalseman yang malang bagi mumi kuno itu telah memberikan peneliti artefak yang sangat langka. Tim Cavka menunjukkan makalah mereka yang diterbitkan baru-baru ini di jurnal RSNA RadioGraphics, satu-satunya tongkat untuk mengeluarkan otak mumi yang ditemukan pada 2.200 tahun yang lalu.

“Mungkin di museum Mesir ada bukti lain, tetapi mereka tidak ditemukan di dalam tengkorak,” sehingga sulit untuk mengidentifikasi artefak seperti alat untuk mengeluarkan otak, ujar Cavka.

Mumi tersebut saat ini berada di Museum Arkeologi di Zagreb, Kroasia, dan mumi itu adalah seorang wanita yang meninggal pada usia sekitar 40 tahun. Mumi itu dibawa ke Kroasia pada abad ke-19 tanpa peti mati, dan tidak diketahui lokasi ditemukannya mumi tersebut di Mesir. Penanggalan radiokarbon dan CT scan pada mumi itu mementukan tanggal pembuatan mumi itu adalah sekitar 2.400 tahun yang lalu. Penyebab kematiannya tidak diketahui.

Wawasan baru
Tongkat itu cukup rapuh dan tim tidak bisa melakukan analisis menyeluruh seperti yang mereka harapkan. Di bawah mikroskop, para ahli botani menemukan bahwa alat itu terbuat dari tumbuhan di kelompok Monocotyledon, yang mencakup bentuk kelapa dan bambu.

Yang paling menarik adalah ketika para peneliti membandingkan penemuan mereka dengan catatan kuno pembuangan otak yang dibuat oleh penulis Yunani, Herodotus, pada abad ke-5 SM. Seorang pengunjung di Mesir, mengatakan tentang bagaimana cara mengeluarkan otak (sebagaimana yang diterjemahkan oleh AD Godley, Cambridge, Harvard University Press, 1920 melalui Perseus Digital Library):

“Setelah menyepakati harga, pengantar jenazah pergi, dan pekerja ditinggalkan sendirian di tempat kerja mereka untuk membalsem jenazah. Jika mereka melakukan hal ini dengan cara yang paling sempurna, pertama mereka menarik keluar bagian dari otak melalui lubang hidung dengan kait besi, dan menyuntikkan obat tertentu ke dalam jenazah.”

Penemuan baru-baru ini menunjukkan sebuah tongkat organik, bukan “kait besi” yang digunakan dalam setidaknya beberapa prosedur, mungkin karena alasan ekonomi. Para peneliti mencatat bahwa alat yang ditemukan dalam tengkorak mumi lainnya, berasal dari 2.200 tahun yang lalu, juga terbuat dari bahan organik.

“Diketahui bahwa mumifikasi secara luas dipraktikkan di seluruh peradaban Mesir kuno, tapi itu adalah praktek yang memakan waktu dan mahal. Dengan demikian, tidak semua orang mampu untuk melakukan prosedur mumifikasi yang sama,” tulis para peneliti dalam jurnal mereka.

Aku dan Mataharimu

0

(di sela-sela malam yang lamat mencamat tak beranjak)
Rindu yang membuncah akankah dapat kita keringkan saat pertemuan menjelma?
Kemana angin membawamu malam ini dalam penantian penuh harap?
Ku selusur jelujur tak terukur… Samat menggurat wajah mendendang lara…
Aku dan kenangan kita merindumu, menunggu malam-malam pias yang menjelma tuk menjadi kelabu..
Kelam tanpamu, hingga akhirnya…
Tak ada

156124_524207404264939_835141290_n(1)

Bisikku,
Lihat wajahku
Lihat!
Tatap aku!
Tatap aku malam ini saja…
Karena takkan lagi kau dapatkan gurat wajah yang sama sejurus kemudian..
Wajah yang kau bingkaikan, akankah selalu ada dalam benak saat tak bersama?
Bersua menjadi indah..
Namun berpisah, kita telah pilih jalan yang berbeda..
Ku lalui meski harap penuh ada
Hingga akhirnya kau inginkan tuk rubah jalan itu
Kau inginkan agar tak ada pesakitan kala itu yang membuat pisah
Atau tak adaluka meski selalu bersama
Tak Ada

Tinggalah aku di sini yang selalu menanti hari membuka pagi dengan seringainya
Tuhan, jangan bawa matahariku bersama awan mendungmu
Tuhan, jangan jadikan hujan menyamarkan kilau matahariku
Tuhan, adakah aku dalam gerak mataharimu?
Tuhan, akankah tetap aku dan mataharimu dalam kisah satu?

22.23
20/12/12

Cahaya

0

(dalam semesta cinta)
Di banding pedih angan di musim dingin
Atau keling dan kelamin yang menggali hangat dalam tubuh kekasih
Aku lebih butuh kau
Tawaku akan menyala bila terpercik kedip matamu
Alangkah senang berenang dan menyelam hingga hangus di kobar tubuhmu
Aku berkeruh karena bahagia
Andaikata seluruh dirimu adalah neraka
Siang malam aku ingin menciummu
Biar matahari dan bintang-bintang terbakar cemburu
Agar semua darah tidak membeku
cahaya
Andai anggur merah yang lembut ingin ku cecap merah bibirmu
Demi gairahmu menyusur saluran darahku
Menyembur kekal derap kalbu menenap masa kanakku
Kau magma di hatimu yang menjaga hangat hidupku
Tinimbang para pesakitan yang mimpi tentang kebebasan abadi
Atau para nabi yang mengabarkan kebenaran hakiki
Aku lebih perlu kau
Bersama kau aku akan sampai ke hening
Dimana aku bebas bernyanyi tanpa suara, menari tanpa gerak, terbang tanpa sayap
Aku akan mengasihi nasib buruk melebihi nasib baik mencintaiku
Singgahlah ke kata-kataku
Agar puisi ini tak menggigil dalam sepi
Kita bisa bercinta dengan panas sambil membayangkan betapa hidupku akan kelam kalau kau padam
Lelehkan aku dengan lidahmu, luluhkan lelahku
Kandaskan tubuhmu
Kuduskan ruh
Aku debu kelak kembali ke debu
Kita bersama dalam cinta
Menyatu dengan cahaya